Sekecil Apapun, Yuk Hijrah!

Friday, October 06, 2017
...semoga sahabatku di sana membaca ini dan mau bersama – sama denganku untuk mengubah penampilan menjadi lebih syar’i. Karena sesungguhnya aku sudah melewati masa masa mendewasa bersama kamu. Dan akan sangat menyenangkan jika kita kembali menjalani masa masa ber Hijrah bersama (lagi). 

Untuk sahabatku “Tak perlu merasa ribet pakai gamis saat naik motor. Aku pun merasakannya, duduk dengan gamis di motor, rada susah ya dibandingkan pakai celana. Namun semua itu mungkin karena kita belum terbiasa. Dan itu berarti kita harus membiasakannya. Orang-orang di sana saja bisa, kita juga kan pastinya”

Membaca dua paragraf ini, aku merasa tersentil. Entah itu memang ditujukan untukku atau aku terlalu percaya diri hingga merasa kalimat-kalimat itu memang untukku.

Baca tentang : Yuk Hijrah di Meja Duniaku

credit
Aih~ senangnya punya sahabat seperti dirimu, yang terus berhijrah ke arah yang lebih baik, tak lupa mengajak kebaikan, saling mengingatkan agar tetap lurus di jalan-Nya. Semoga Alloh meridhai setiap langkah kita ya.

Akhir-akhir ini temanku memang sedang hobi belanja gamis. Alasannya ya itu tadi, HIJRAH. Dia ingin memperbaiki penampilannya dari yang dulunya hanya tertutup ala kadarnya, kaos/baju panjang dan celana (jeans), mencoba untuk lebih syar'i dengan memakai gamis. Lantas dia bertanya padaku,"Kamu nggak pengen pakai gamis juga?"

Aku?

Awalnya aku menjawab, "ribet ah pakai gamis", tapi setelah aku pikir-pikir, aku pakai gamis mau kemana ya?

Di kerjaan, seragam sudah ditentukan. Senin baju keki, Selasa baju lurik, Rabu hitam putih, Kamis hingga Sabtu berseragam batik. Ingin lebih syar'i, bisa saja aku ganti celana panjang dengan rok. Tapi aku belum bisa. Paling dalam seminggu maksimal dua hari aku pakai rok. Lumayan ada perbaikan lah, daripada dulu yang pakai celana terus.

Hari Minggu, aku jarang pergi kemana-mana. Paling sore hari saat mengantar adekku ke asrama. Tapi itu juga cuma ngedrop saja di depan pintu asrama. Jadi ku pikir, tak perlu dandan cantik, hingga perlu pakai gamis. Cukup celana dan jaket, berangkat langsung pulang.  Ahh... ada saja alasannya.

Akan tetapi, jika sahabatku disana sedang berhijrah memperbaiki penampilannya dengan memakai gamis, maka aku juga akan ikut berhijrah, tapi bukan dengan gamis.

Aku ingin memperbaiki kerudungku!

Setiap apel pagi, sering kali aku bicara sendiri dalam hati, "Itu ibu-ibu pakai kerudung gimana sih. Kerudung tipis banget gitu. Menerawang hingga lehernya kelihatan, bahkan terlihat pula kalung yang dikenakan."

Aku berbicara seperti itu kayak nggak sadar kalau aku juga melakukan hal yang sama. Kerudungku masih kerudung paris segiempat dari jaman kuliah. Dan kalau dipakai ya itu tadi, menerawang hingga lehernya kelihatan. Aku jadi malu sendiri, mengomentari orang lain, tapi aku sama seperti mereka. Oleh karena itu, sama seperti sahabatku, aku juga ingin berhijrah memperbaiki penampilanku. 

Tak lantas aku membuang kerudung parisku yang menerawang itu. Aku masih memakainya. Namun, sedikit demi sedikit aku mengganti koleksi kerudungku tersebut. Itupun nggak yang langsung ganti kerudung tebal dan lebar. Cara berkerudungku pun masih sama; lebarnya masih selebar bahu dan panjangnya di atas perut. Bedanya hanya; lehernya tidak kelihatan.

Buahahaha. Seremeh itu kamu bilang berhijrah?
Daripada tidak sama sekali. Iya kan? Bukankah hal-hal besar diawali dengan hal-hal yang kecil?

Memang masih jauh sih perjalanan menuju muslimah sejati. Tetapi, setiap ada perbaikan itu berarti melakukan perubahan, walaupun keciiiillll sekali perubahannya :p

Untuk sahabatku, sejujurnya aku malu sih, kamu sudah melakukan perubahan sebesar itu, sementara aku? Aku masih sama seperti ini, belum ada perubahan berarti. Terus saling mengingatkan ya, semoga kita istiqomah dan terus memperbaiki diri. Semoga semakin banyak perubahan-perubahan yang membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. Ketemuan di surga yuk :)

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.