Tentang Profesi

Thursday, May 11, 2017
Aku tidak suka ketika seseorang memandang rendah suatu profesi hanya karena profesi itu tidak terlihat baik di matanya. Bukan soal gaji, tapi lebih kepada kesan buruk yang melekat pada profesi tersebut. Pernahkah dengar orang yang bertanya, "Ngapain sih pengen jadi profesi A? Profesi A kan bla... bla... bla..."

Sebagai contoh, "Kenapa pengen jadi PNS? Kerjaannya kelayapan doang, suka mangkir dari kerjaan, tapi tetap digaji.
pns udah di gaji banyak.. bisa banyak tidur.. bisa banyak libur.. bisa bareng keluarga.. tapi kok banyak ngeluh.. mana kerjaan gak beres.
Orang yang bekerja di instansi milik pemerintahan itu PNS ya. Jadi, guru, tenaga medis seperti bidan, perawat, dan sebagainya bisa disebut PNS juga lho. 

Saya yakin, hampir semua guru berharap statusnya bisa jadi PNS. Demi apa? Demi kesejahteraan hidup. Bisa bayangin setelah sebulan capek-capek ngajar, cuma dapat gaji 200-400ribu/bulan? Begitu pula dengan mereka yang bekerja di instansi pemerintah namun statusnya belum PNS. Wajar bukan kalau ada yang berharap ingin jadi PNS. Pegawai non PNS itu ibarat karyawan kontrak jika di swasta, namun tak pernah tahu kapan bisa diangkat tetap (PNS). Bedanya, gaji mereka jauh lebih kecil dibandingkan karyawan kontrak.

Kalau gitu kerja aja di swasta atau sekalian buka usaha..
Ngomong gampang ya, yang susah itu cari kerja. Kalau boleh aku mengutip perkataan salah satu temanku, "Kekarepan iku kalah karo kahanan"; keinginan itu kalah dengan keadaan. Niatnya ingin beli ayam, adanya cuma telur. Ayamnya sudah ada, uangnya tidak ada. Inginnya buka usaha, modalnya belum ada. Ingin kerja di swasta, persaingannya sangat ketat. Tak ada salahnya bukan ketika seseorang itu ingin jadi PNS, apapun bidang keahliannya.

Oleh karena itu, ketika ada orang yang memandang rendah seorang PNS, aku, sebagai anak guru, merasa sakit hati dan tidak terima. Apa salahnya ingin jadi PNS? Kalau di TV banyak diberitakan kalau PNS sering bolos setelah libur panjang, telat, dan sebagainya, ya salahkan orangnya, jangan lantas memandang negatif profesinya.

"Gue nggak suka sama polisi; kerjaannya nilang motor, uangnya ga berkah."
"Gue benci Satpol PP, sukanya gusur-gusur lapak orang!"
Kalimat tersebut juga seakan memandang buruk profesi polisi dan satpol PP. Ayolah, jangan hanya karena kesalahan oknum, kita jadi berpikiran bahwa semua yang ada di profesi tersebut memiliki tabiat yang sama.

"Enak ya jadi anggota DPR. Kerjaannya cuma tidur saat rapat. Gajinya gedhe."
Terdengar sarkas ya. Kalau niatnya mengkritik supaya lebih baik sih ga masalah. Tapi kalau cuma nyinyir nyindir, mending diem aja deh.

Bagiku, apapun profesi yang diinginkan/dilakukan saat ini, selama itu baik dan halal, maka kejarlah dan lakukan itu dengan sepenuh hati. Jadilah para pekerja keras yang bekerja di bidangnya masing-masing.

Jangan jadi pencuri yang suka mengambil hak orang lain!
Jangan jadi pengemis jika masih punya fisik yang kuat untuk bekerja, jadi tukang sapu misalnya!
Masih pantas lah jika kita mengucapkan hal-hal seperti itu. Tapi kalau berkomentar negatif untuk suatu profesi yang baik dan halal, tolonglah ditahan. Jangan sampai komentar kita menyakiti perasaan orang lain, apalagi orang tersebut berhubungan dengan profesi yang dikomentari.

So, daripada sibuk nyinyir profesi orang lain, lebih baik kita fokus ke pekerjaan masing-masing. Sudahkah kita bekerja dengan baik?

"Nggak enak ya jadi orang IT. Kerjaannya cuma ngeliatin komputer, nggak ngobrol sama yang lain!" Aku jadi inget seseorang pernah berkata seperti itu saat aku magang dulu. Hihihi.

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.