Ketika Punya Anak

Friday, August 28, 2015
"Zai, kamu susah nggak kalau potong kuku kaki?"
"Iya Mbak. Keras. Jadi susah motongnya."
"Iya kan? Mana bentuknya jadi jelek banget. Ga bersih lagi."
"Iyah."
"Kapan-kapan kita ke salon yuk Zai. Meni pedi creambath."
"Yuk yuk. Tapi salon cewek dimana ya Mbak."
"Ada tuh disana (nyebutin tempat). Salon muslimah gitu."
Kami pun menentukan tanggal.

Aku bukan tipe cewek yang suka menghabiskan uang di salon. Perawatan dan sebagainya. Bayangkan saja, kita perlu mengeluarkan 110ribu untuk meni-pedi. Bisa dihitung bukan, perawatan 1 jari menghabiskan 5.500,- hemmm...

Tapi, sesekali aku ingin mencoba. Makanya aku meng-iya-kan ajakan kawanku. Namun, sepertinya kami harus me-reschedule jadwal kami ke salon. Alasannya sederhana, temanku ingin menghabiskan waktu bersama anak kesayangannya. Dia takut anaknya tak mengenalinya sebagai seorang ibu. Aku pun memahami kondisinya karena di tempat aku tinggal sekarang aku juga menyaksikan realita tersebut.

Bukan tidak mungkin seorang anak bisa tak mengenali ibunya. Bayangkan saja, seorang ibu pergi berangkat kerja pukul 06.00 WIB dan pulang kerja pukul 18.00 WIB. Selama 12 jam (lebih) anak diasuh oleh orang lain, mungkin neneknya, tantenya, atau mungkin baby sitter. Sementara ibunya hanya menemani dari pukul 18.00 WIB sampai pukul 06.00 WIB yang bisa dikatakan 'hanya menemani tidur sang buah hati'.

Maka weekend adalah waktu yang paling dinantikan oleh para ibu yang bekerja untuk menghabiskan waktu bersama anak mereka.

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.