Ayo Sekolah!

Wednesday, November 19, 2014
Terima kasihku ku ucapkan
Pada guruku yang tulus
Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan
Untuk bekalku nanti

Setiap hariku dibimbingnya
Agar tumbuhlah bakatku
Kan ku ingat selalu nasihat guruku
Terima kasihku guruku

Ada yang tahu judul lagu di atas? Yaps, kalimat-kalimat diatas merupakan lirik dari lagu yang berjudul "Terima Kasih Guru".
Selain orang tua, guru adalah orang yang memiliki pengaruh bagi kehidupan kita. Melalui mereka, kita dibimbing untuk membuka wawasan akan betapa hebatnya dunia. Merekalah pahlawan-pahlawan kita.

Pernahkah kita berpikir, bagaimana sekolah pertama kali didirikan di Indonesia? Siapa sajakah guru-guru yang berperan pada masa itu. Hingga kini kita bisa mengenyam pendidikan sekolah dengan diajar oleh guru-guru terbaik negeri ini.

Usaha pendidikan bagi anak-anak di Indonesia untuk pertama kalinya diberikan pemerintah kolonial Hindia Belanda pada tahun 1848. Kebijakan pemerintah saat itu adalah mendirikan sekolah bagi bumiputera yang bertujuan untuk menghasilkan pegawai administrasi Belanda yang terampil, murah dan terdidik yang kemudian dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan industri. (Sumber : disini)

Pernah dengar Trias Van Deventer?
Trias Van Deventer merupakan program yang dikembangkan dalam Politik Etis atau Politik Balas Budi dimana pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Salah satu program yang dicetuskan oleh Van Deventer tersebut yaitu Edukasi yang bertujuan untuk untuk mengarahkan pendidikan bagi anak Indonesia demi pembebasan dari ketidakmatangan berdiri di atas kaki sendiri.

Akan tetapi, di lain pihak, kebutuhan akan tenaga-tenaga terdidik dan ahli telah mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan sekolah-sekolah secara berjenjang.
credit

Dari situlah muncul sekolah-sekolah yang dapat dijadikan sebagai tempat menimba ilmu bagi anak-anak Indonesia. Namun, sungguh sayang karena tak semua anak Indonesia (pada waktu itu) bisa mengenyam pendidikan di sekolah. Hanya mereka yang mempunyai intelektual, motivasi dan keuangan yang cukup yang mampu bertahan bersekolah.

Dan sungguh beruntungnya kita bisa hidup dijaman sekarang, dimana kesempatan bersekolah terbuka lebar-lebar. Masihkah kita malas-malasan untuk pergi sekolah setelah kita tahu sejarah orang-orang pada masa penjajahan sangat sulit mendapatkan pendidikan?
credit
Sungguh miris rasanya jika melihat anak-anak kecil yang di jam sekolah justru berkeliaran di jalanan, menumpang angkot di semua jurusan, berhenti di tengah jalan, dan selalu membawa gitar kecil kemana-mana. "Tidak kah kamu sekolah Dek? Tidak inginkah kamu bertemu dengan guru dan teman-temanmu?"

Apa yang membuat anak-anak tidak ingin sekolah dan memilih hidup di jalanan? Apakah karena biaya yang mahal?

Ku rasa mereka hanya kurang motivasi dan dukungan. Banyak sekolah murah (meski sekolah tsb. tak kan sebagus sekolah berbiaya mahal) yang bisa memberikan pendidikan bagi mereka. Yang terpenting adalah kemauan untuk belajar. Sudah pernah menonton film Laskar Pelangi bukan?

Yang sudah lulus SD, ayo lanjut sekolah ke SMP.
Yang sudah lulus SMP, ayo lanjut sekolah ke SMA.
Yang sudah lulus SMA, ayo lanjut kuliah.

Bagaimana pun juga, tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir seseorang.

Dan jika masalah utama (lagi-lagi) soal biaya, maka jangan pernah berhenti untuk belajar. Banyak beasiswa yang bisa didapatkan dengan belajar lebih giat. Tak ada alasan untuk berhenti belajar.

Sekolah itu menyenangkan.
dokumen pribadi
Kita dapat mengembangkan kemampuan akademik dan non akademik di sekolah. Banyak kesempatan untuk membuktikan siapa kita sebenarnya dan berlomba-lomba dalam mencetak prestasi di berbagai bidang.
dokumen pribadi
Dan satu hal yang penting, dengan sekolah, kamu bisa menjadi apa yang kamu inginkan. Bermimpilah setinggi-tingginya dan raihlah.
dokumen pribadi
Dan sekali lagi, ayo sekolah. Guru dan teman-temanmu telah menunggu...

2 comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.